Selasa, 03 Mei 2011

Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI)


A.    Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI)

1.      Pengetahuan Sistem Insturksional
Sstem Instruksional menunjukkan pada pengertian pengajaran sebagai sistem, yaitu sebagai suatu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berhubungan satu sama lain dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Sebagai suatu sistem, pengajaran mengandung sejumlah komponen, antara lain: materi pelajaran, metode, dan alat evaluasi, yang kesemuanya itu berinteraksi satu sama lain dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.
Dengan kata lain, agar tujuan itu dapat tercapai, semua komponen yang ada di dalamnya harus diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga komponen-komponen tersebut dapat bekerja sama dengan harmonis. Oleh karena itu, di dalam mengembangkan suatu pengajaran atau Sistem Instruksional, tidak hanya memperhatikan komponen materi, metode, atau evaluasi saja, tetapi juga melihat pengajaran sebagai suatu keseluruhan sebagai suatu sistem.
Meskipun tujuan-tujuan pengajaran yang telah dirumuskan sebaik mungkin, apabila tidak disertai dengan materi pelajaran yang sesuai, metode/alat yang tepat, prosedur evaluasi yang mantap, maka tipis kemungkinan tujuan-tujuan tersebut dapat dicapai.
Pengertian Sistem Instruksional dapat dikembangkan dalam ruang lingkup yang sangat terbatas, yang disebut micro-system, misalnya sistem dalam  pengajaran mengenai suatu topik pelajaran tertentu.

2.      Langkah –langkah Pokok di Dalam Mengembangkan Sistem Instruksional
Apabila kita ingin mengajarkan suatu topik pelajaran kepada siswa, perlu ditempuh sejumlah langkah-langkah tertentu sebagai berikut:

a.      Merumuskan Tujuan-tujuan Pengajaran (Instruksional) yang Ingin Dicapai
1.      Pengertian
Tujuan-tujuan instruksional di sini maksudnya adalah perumusan tentang tingkah laku atau kemampuuan-kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki oleh para siswa setelah ia mengikuti pengajaran yang telah diberikan. Kemampuan-kemampuan yang diharapkan itu dirumuskan secara spesifik atau khusus dan operasional sehingga nantinya dapat dinilai. Dengan demikian, tujuan yang dirumuskan tersebut tidak akan menimbulkan tafsiran yang berbeda-beda pada orang lain yang membaca rumusun tujuan tersebut.
2.      Perbedaan antara Tujuan Instruksional dan Proses Mengajar
Telah dinyatakan bahwa tujuan instruksional mengandung perumusan tingkah laku/ kemampuan yang dimiliki siswa setelah menyelesaikan suatu kegiatan belajar tertentu.
Perhatikan pernyataan di bawah ini :
“Mengajarkan kepada siswa tentang jenis-jenis bangun datar.”
Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pernyataan di atas bukan merupakan perumusan tujuan, sebab pernyataan tersebut tidak mengambarkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah mengikuti sesuatu kegiatan belajar tertentu. Sebaliknya pernyataan di atas lebih merupakan suatu proses mengajar, bukan tujuan instruksional.
Perhatikanlah contoh di bawah ini yang memperlihatkan perbedaan antara tujaun instruksional dan proses mengajar.
Tujuan Instruksional
Proses Mengajar
1.       Siswa dapat menyebutkan dengan tepat jenis-jenis bangun datar.
2.       Siswa dapat menghitung luas bujur sangkar yang diketahui panjang salah satu sisinya.
1.      Mengajarkan kepada siswa tentang jenis-jenis bangun datar.

2.      Mengajarkan kepada siswa cara menghitung luas bujur sangkar.

3.      Bagaimana Merumuskan Kemampuan-kemampuan Siswa dalam Tujuan Instruksional
Perumusan kemampuan siswa merupakan syarat mutlak dalam tujuan instruksional. Perumusan tersebut hendaknya cukup jelas sehingga tidak menimbulkan tafsiran yang berbeda. Untuk itu hendaknya digunakan istilah-istilah tertentu yang operasional sehingga dapat diukur, tetapi jika yang digunakan istilah-istilah yang kurang operasional dapat menimbulkan berbagai interpretasi yang berbeda.
Contoh istilah-istilah yang operasional: menuliskan, menyebutkan, memiliki, membedakan, memecahkan (soal), membandingkan, menghitung dan sebagainya.
Contoh istilah-istilah yang kurang operasional: memahami, mengetahui, menikmati, menghargai, mempercayai, meyakinkan dan sebagainya.

4.      Kriteria dalam Merumuskan Tujuan Instruksional
Sebagai pedoman bagi guru-guru dalam menyusun tujuan-tujuan instrusional, maka kriteria yang harus diperhatikan dalam merumuskan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam suatu topik pelajaran  tertentu adalah:
a)      Harus menggunakan istilah-istilah yang operasional.
Contoh:
-          Tepat : “siswa dapat memberikan contoh tentang penerapan matematika pada kehidupan sehari-hari.”
-          Kurang tepat :  “siswa mengetahui tentang penerapan matematika pada kehidupan sehari-hari.
b)      Harus dalam bentuk hasil belajar
Tujuan instruksional hendaknya menggambarkan hasil belajar yang diharapakan pada diri siswa setelah ia menempuh suatu kegiatan belajar tertentu, jadi yang dilukiskan di sini bukan apa-apa yang ia pelajari, tapi hasil apa yang ia peroleh setelah mempelajari sesuatu.


Contoh:
-          Tepat: “siswa dapat mengubah bilangan pecahan ke dalam bentuk bilangan desimal.”
-          Kurang tepat: “ cara-cara mengubah bilangan pecahan ke dalam bentuk bilangan desimal.”
c)      Harus berbentuk tingkah laku siswa
Isi perumusan tujuan instruksional hendaknya bertolak pada perubahan tingkah laku siswa yang diharapkan, bukan pada proses mengajar guru.
Contoh:
-          Tepat: “siswa dapat menemukan dengan tepat nilai p dalam suatu persamaan kuadrat.”
-          Kurang tepat: “membina kemampuan memecahkan paersamaan kuadrat.”
d)      Hanya meliputi satu jenis tingkal laku.
Perumusan tujuan hendaknya meliputi hanya satu jenis tingkah laku/ kemampuan saja. Bila terkandung lebih dari satu kemampuan dalam suatu perumusan tujuan sering timbul kesulitan dalam mengevaluasi sampai dimana tujuan tersebut telah tercapai, sebab mungkin salah satu aspek kemampuan lainnya belum tercapai.
Contoh:
-          Tepat: “siswa dapat menghitung rata-rata suatu populasi.”
-          Kurang tepat: “siswa dapat menghitung rata-rata dan variansi dari suatu populasi.”

b.      Mengembangkan Alat Evaluasi
Setelah semua tujuan-tujuan instruksional selesai dirumuskan, maka langkah selanjutnya mengembangkan alat evaluasi untuk menilai sampai dimana tujuan-tujuan tersebut telah tercapai.
Untuk menilai tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan tersebut, maka perlu ditentukan terlebih dahulu jenis-jenis tes yang akan digunakan, tes tersebut dapat berupa tes lisan, tes tulisan maupun tes perbuatan.
1)      Bila suatu tujuan berbunyi sebagai berikut:
“ Siswa dapat menyebutkan macam-macam bangun ruang”. Maka jenis tes untuk menilai tercapai tidaknya tujuan tersebut adalah jenis tes lisan.
2)      Bila suatu tujuan berbunyi sebagai berikut:
“Siswa dapat menyelesaikan pertidaksamaan trigonometri”. Maka jenis tes untuk menilai tercapai tidaknya tujuan tersebut adalah tes tertulis.
3)      Bila suatu tujuan berbunyi sebagai berikut:
“Siswa dapat membuat salah satu bangun ruang dari kertas manila”. Maka jenis tes untuk menilai tercapai tidaknya tujuan ini adalah jenis tes perbuatan, dimana siswa melakukan sesuatu dan penilaian oleh guru dilakukan melalui observasi terhadap perbuatan siswa.
Kemudian langkah selanjutnya dalam mengembangkan alat evaluasi adalah merumuskan pertanyaan-pertanyaan (items) untuk menilai masing-masing tujuan. Pertanyaan tersebut dapat berupa uraian atau pertanyaan-pertanyaan dengan pilihan jawaban terbatas, ataupun bentuk-bentuk lainnya seperti bentuk melengkapi dan pertanyaan-pertanyaan yang menuntut jawaban-jawaban singkat.

c.       Menetapkan Kegiatan-kegiatan Belajar yang Perlu Ditempuh.
Langkah selanjutnya adalah menetapkan kegiatan belajar apakah yang perlu ditempuh, agar mereka dapat melakukan hal-hal yang telah dirumuskan tujuan inatruksional.
Langkah-langkah pokok untuk melaksanakan tugas ini agar lebih baik adalah:
1.      Merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan instruksional.
2.      Menetapkan dari sekian kegiatan-kegiatan belajar tersebut yang tidak perlu ditempuh lagi oleh siswa berhubung mereka telah mengetahuinya. Untuk itu perlu diadakan sebuah tes, yaitu Input Test yang bertujuan untuk menilai pengetahuan/ keterampilan siswa dalam kegiatan-kegiatan belajar ynag telah dirumuskan, sehingga dengan demikian dapat ditentukan kegiatan-kegiatan belajar mana yang perlu dan mana yang tidak perlu lagi ditempuh siswa untuk mnecapai suatu tujuan instruksional tertentu.
Misalnya pada pelajaran bangun ruang, setelah diadakan Input Test ternyata semua siswa telah mengetahui macam-macam bangun ruang, tetapi mereka belum mengetahui cara mencari volume bangun  ruang tersebut.
3.      Menetapkan kegiatan-kegiatan belajar mana yang nantinya akan ditempuh siswa.
Setelah kegiatan-kegiatan belajar tersebut dirumuskan, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan kemampuan-kemampuan dasar tertentu, seperti kemampuan di bidang bahasa, bilangan, dan ruang.

d.      Merencanakan Program Kegiatan
1.      Merumuskan materi pelajaran
Setelah kegiatan belajar yang akan ditempuh oleh siswa dirumuskan, maka langkah selanjutnya merumuskan pokok-pokok materi pelajaran yang akan diberikan kepada siswa sesuai dengan jenis-jenis kegiatan belajar yang telah ditetapkan.
2.      Metode yang digunakan
Untuk memilih metode-metode mana yang tepat untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa, perlu ketahui dulu sejumlah metode yang dapat digunakan dalam mengajar. Seperti metode ceramah, demonstrasi, pemberian tugas dan sebagainya.
3.      Menyusun jadwal
Atas dasar banyaknya materi yang ingin disampaikan dan metode-metode yang digunakan, maka kita coba untuk memperhitungkan dalam beberapa jam pelajaran materi tersebut dapat disampaikan seluruhnya. Dengan cara inilah kita dapat menyusun jadwal pengajaran mengenai topik yang akan diberikan.


e.       Melaksanakan Program.
1.      Mengadakan Pre-Test
Tujuan dari Pre-Test ini adalah untuk menilai sampai dimana siswa telah menguasai kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam tujuan-tujuan instruksional, sebelum mereka mengikuti program pengajaran yang telah disiapkan. Hasil Pre-Test ini berfungsi sebagai bahan perbandingan dengan hasil post-test setelah mereka selesai mengikuti program pengajaran tertentu. Test yang diberikan dalam pre-test berupa tes lisan, tes tulisan, atau tes perbuatan.
2.      Menyampaikan materi pelajaran kepada siswa
Dalam menyampaikan materi pelajaran pada prinsipnya, berpegang pada rencana yang telah disusun dalam langkah Perencanaan Program Kegiatan, baik mengenai materi, metode maupun alat yang digunakan. Disamping itu, sebelum guru-guru mulai menyampaikan materi pelajaran hendaknya dijelaskan dulu tujuan-tujuan instruksional yang ingin dicapai kepada siswa sehingga sebelum pelajaran dimulai mereka telah mengetahui kemampuan-kemampuan apakah yang diharapkan dari mereka setelah selesai mengikuti pengajaran.
3.      Mengadakan Post-Test (Evaluasi)
Post-Test diberikan setelah siswa mengikuti program pengajaran. Test yang diberikan dalam Post-Test identik tes yang diberikan pada Pre-Test.
Jadi perbedaan antara Pre-Test dan Post-Test hanyalah dalam waktu dan fungsi masing-masing, yaitu:
-          Pre-Test diadakan sebelum pengajaran dimulai sedangkan Post-Test diadakan setelah siswa selesai mengikuti pengajaran yang diberikan.
-          Pre-Test berfungsi untuk menilai kemampuan siswa mengenai materi pelajaran sebelum pengajaran diberikan, sedangkan Post-Test berfungsi untuk menilai kemampuan siswa mengenai materi pelajaran setelah pengajaran diberikan.
Setelah post-test selesai dilakukan dan diperiksa, maka selanjutnya membandingkannya dengan nilai pre-test.
Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk membandingkan hasil Pre-Test dan Post-Test:
(1)   Hasil keseluruhan test
Untuk melakukan perbandingan ini langkah-langkah yang ditempuh:
a)      Menghitung angka rata-rata yang dicapai siswa pada Pre-Test.
b)      Menghitung angka rata-rata yang dicapai siswa pada Post-Test.
Dengan melihat perbedaan rata-rata antara Pre-Test dan Post-Test dapat kita simpulkan sampai dimana manfaat program pengajaran yang telah diberikan dalam mencapai tujuan-tujuan instruksional yang telah dirumuskan.
(2)   Pertanyaan demi pertanyaan
Disini semua pertanyaan tes dianalisa dengan cara yang sama, sehingga kelemahan yang terdapat dalam bagian-bagian tertentu pada program yang telah disusun dapat diketahui.
Dengan melakukan dua jenis perbandingan tersebut, maka sekurang-kurangnya kita dapat mengetahui 3 hal:
a.          Hasil belajar yang dicapai masing-masing siswa dengan program pengajaran yang kita adakan.
b.          Sampai dimana program yang kita adakan telah berhasil mencapai tujuan-tujuna yang telah dirumuskan.
c.          Kelemahan-kelemahan yang masih terdapat dalam begian-bagian tertentu dari program yang kita berikan, sehingga memberikan pedoman pada kita untuk melakukan revisi.